Saturday, June 6, 2015

Kegiatan Bakti Sosial CB Kewarganegaraan - Pertemuan pertama

Mengingat kembali semua hal yang saya dan kelompok saya lakukan selama 4 hari tersebut, hal yang saya rasakan ialah bersyukur karena rahmat dan berkat yang Tuhan limpahkan kepada saya. Saya bersyukur karena masih memiliki anggota tubuh yang lengkap tanpa ada kekurangan satupun. Saya menyadari hal ini setelah saya menjalankan community service ini ke suatu lembaga yg bernama Lembaga Daya Dharma (LDD) yang bertempat di Keuskupan Agung Jakarta (Gedung Karya Sosial Level 1-3, JL. Kathedral 5, Jakarta).

Pada hari Jumat, 10 April 2015, kami melihat suasana disana. Kami berkumpul di Gereja Kathedral untuk membahas rencana kegiatan yang akan dilakukan pada pukul 10 pagi. Disana kami bertemu dengan Pak Ferry yang merupakan salah satu anggota LDD dan Ibu Desi sebagai salah satu aktivis LDD. Pak Ferry ternyata merupakan penyandang tuna netra tapi hebatnya beliau dapat beraktivitas normal layaknya orang-orang yang tanpa kecacatan fisik.


Kami sedang mendengarkan penjelasan Pak Ferry dan Ibu Desi di ruang tamu LDD.

Menurut Pak Ferry dan Ibu Desi, Lembaga Daya Dharma adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk melayani kebutuhan utama kaum miskin saat itu dengan mengumpulkan dana, pakaian layak pakai, obat-obatan dan makanan. Lembaga ini tak hanya melayani kebutuhan sesaat masyarakat miskin, melainkan juga mencari dan mencoba menanggulangi penyebab kemiskinan dengan mengembangkan sejumlah biro pelayanan atau secara garis kaum papa, kaum difabel, kaum penyandang disabilitas.

Kami diceritakan tentang bagaimana pelayanan yang dilakukan oleh lembaga tersebut, rencana selanjutnya tentang pelayanan kami kepada lembaga tersebut, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Pak Ferry menunjukkan ke kita bagaimana cara menuntun orang - orang yang mengalami kekurangan fisik seperti tuna netra, lumpuh. Karena belajar menuntun penyandang cacat tidaklah mudah maka kami menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berlatih. Selesai latihan, kami diajak untuk melihat situasi di LDD. Saya melihat bagaimana orang-orang difabel saling hidup berdampingan dengan orang-orang lainnya. Mereka saling membantu satu sama lain. Mereka menyiapkan parcel-parcel, membuat kerajinan tangan seperti tas ransel, cover iPad, cover Alkitab, sarung tangan, kalung, pernak-pernik kecil, gelang, jepitan rambut, dll, memasak makanan untuk dijual, kegiatan perawatan medis, ada juga yang saling mengajarkan cara menggunakan hp dengan “voice assistance”, belajar gitar, dll. Mereka juga memiliki paduan suara sendiri yang diiringi oleh piano dan gitar yang dimainkan oleh kaum difabel juga. Namun sayangnya kami tidak bisa melihat latihan mereka dikarnakan jadwal yang masih belum tepat untuk melihat mereka latihan.





No comments:

Post a Comment